Sumber: TMDB |
Directed by Sarah Polley
Written by Sarah Polley
Starring by Rooney Mara | Claire Foy | Jessie Buckley | Judith Ivey | Ben Whishaw | Frances McDormand
Ulasan:
Ini bukan soal siapa menang atau kalah, melainkan soal kehormatan yang harus dijaga.
Pilihan dilematis dihadapi oleh sekelompok wanita di sebuah komunitas berbasis agama, antara: ‘tinggal dan tak melakukan apa-apa’, ‘tinggal dan berjuang’, atau ‘pergi’ — setelah diketahui pria-pria di komunitas itu telah memperkosa para perempuan dengan membius mereka dengan obat penenang ternak.
Masalahnya adalah mereka telah terperangkap pada dogma agama yang ditanamkan semenjak kecil, “siapa pun yang keluar dari koloni, maka ia ditolak masuk ke dalam Kerajaan Surga”. Selain itu, terbatasnya pendidikan yang hanya untuk kaum pria, sehingga para perempuan di dalam koloni tak bisa membaca maupun menulis, membuat mereka takut mengarungi dunia luar.
Mereka tak peduli menang atau kalah dengan memaafkan atau tidak memaafkan para pelaku. Mereka hanya peduli keamanan dan kehormatan mereka terjaga dari para pria keji. Untuk itu, pilihan sulit ada di tangan mereka. Opsi ‘tinggal dan tak melakukan apa-apa’ sudah pasti disingkirkan, karena itu sama saja “mencari mati”. Dua opsi menjadi yang paling diperdebatkan. Para wanita memiliki opini dan persepsinya masing-masing dari dua opsi itu meski mereka punya satu pikiran, yaitu kebebasan.
Pada akhirnya, ‘pergi’ tetap lah pilihan terbaik. ‘Pergi’ bukan karena tak bisa berjuang ataupun takut, tetapi untuk memastikan keselamatan anak-anak mereka — terutama anak gadis — serta yang terpenting, untuk memiliki kebebasan dalam bertindak ataupun berpikir sebagai perempuan.
Sayang, kisah perempuan dan perjuangannya ini hanya lah fiktif belaka. Kenyataannya, para perempuan tetap tinggal di koloninya karena sudah terlanjur terjebak pada sistem patriarki nan seksis. Para pelaku “hanya” dijatuhi hukuman paling lama 25 tahun penjara dan itu pun ada upaya “pengampunan” dari orang-orang di koloni. Setidaknya dari contoh kecil di film ini kita belajar bahwa sistem patriarki tak pernah menguntungkan bagi perempuan, bahkan cenderung membahayakan. Ada kesempatan menyuarakan isi hati dan pikiran saja rasanya seperti karunia Tuhan.
Poster Women Talking |
4/5
Komentar
Posting Komentar